Dimulai saat saya pindah kesukabumi dengan paksaan orang tua, tapi semenjak disini saya merasa lebih baik walau selalu ada kata tidak betah. Sejak kelas IX SMP saya mencoba menutupi sedikit aurat seperti yang diperintahkan dalam agamaku. Setelah mencoba memakai dan merasa nyaman akhirnya sampai SMK pun saya terus memakainya, tapi jika dirumah saya belum bisa memakai terus kerudung. Terkadang kesekolah atau bermain pun ingin sekali tidak berkerudung, tapi ya kalau di ingat kembali kepada peraturan islam pasti takut untuk melepasnya. Sesekali saya tidak berkerudung saat bermain kesekolah itu juga ntah mengapa. Iman yang kuat memang harus saya miliki karena dikelas pun hanya dua orang yang memakai kerudung.
Banyak yang bilang “Bersihkan dulu hatimu, baru kau tutup auratmu” tapi itu definisi yang tidak benar karena orang-orang kafir lah yang berkata seperti itu. Tapi sejujurnya saya belum bisa untuk berjilbab yaRabb, yang benar-benar menutupi aurat dengan benar dan penuh keyakinan tidak akan melepasnya. Hati kecilku sebenarnya ingin sekali seperti itu tapi tidak sekarang. Mungkin karena ibuku tidak membiasakan anaknya bekerudung dari kecil, sehingga sulit juga jika tidak benar-benar memiliki niat yang kuat. Apalagi ibuku sendiri tidak berjilbab, walau aku menyuruhnya dia tetap tidak mau.
Tapi jika dilihat dari pergaulan disekitarku banyak sekali yang tidak malu untuk melihatkan auratnya. Betapa pedih siksaan orang yang membuka aurat mereka didepan yang bukan muhrim. Walau saya juga masih belum bisa berjilbab tapi berpakaianlah yang sopan dan sewajarnya. Saya pun pernah mendengar dari guru “Wanita yang berjilbab dan menutupi auratnya dengan sempurna ia seperti mutiara yang dilapisi emas yang berharga dan mahal, tidak seperti wanita yang mengumbar auratnya sendiri seperti daging yang dijual dipasar dan pegang-pegang oleh pembeli nya serta bisa ditawar” perbedaan yang amat jauh. Yaaah jagalah diri dan kehormataan mu wahai wanita dan semoga Allah member hidayah kepadaku dan kepada kalian yang belum siap berhijab. Amin YaRabbalalamin








0 komentar:
Posting Komentar